Toko Merah di Kota Tua, Jakarta. Tidak hanya memiliki nilai riwayat tinggi, bangunan itu dilingkupi banyak cerita misteri bau horor. Seringkali ada penampakan aneh, baik figur atau suara. Justru, figur gaib wanita sering usil ke masyarakat serta pelancong.
Nama Toko Merah, terdengar cukup unik untuk satu bangunan toko. Bila tempat dagang lain menggambarkan jati diri pemilik, nama jalan seputar sampai nama yang memiliki kandungan semangat usaha karena itu panggilan bangunan ini diambil dari warna yang menyelimuti.
Warna merah hati terlihat jelas di permukaan tembok batu bata tanpa ada plester dibagian depan gedung. Serta pada seputar era 19, bangunan peninggalan kolonial itu berperan jadi toko atau tempat untuk jual barang.
Toko Merah terdapat disamping barat Kali Besar, lokasi Kota Tua, Jakarta Barat. Beralamat di Jalan Kali Besar Barat No 11, RT 7 RW 3 Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora.
Hari itu, kira-kira jam 15.00 WIB, langit cerah berawan menaungi Kota Tua. Cukup gampang temukan tempat bangunan itu sebab warna yang lain dengan warna bangunan riwayat lain di Kota Tua. Dengan bekal navigasi Google Maps, Tagar pada Selasa, 29 Oktober 2019, tidak kesusahan untuk sampai ke tempat itu.
Dilihat di luar, Toko Merah selintas adalah satu bangunan utuh. Sebetulnya bangunan itu adalah penyatuan dari dua bangunan bertingkat. Terbagi dalam tiga lantai. Lantai fundamen banyak ruang dengan peranan semasing. Di lantai dua, ada empat buah kamar. Serta lima unit kamar di lantai tiga.
Situasi Kota Tua jelas benderang sebab sore itu, kira-kira jam 15.30 WIB, pancaran mentari masih cukup menyilaukan mata. Tetapi berasa ada yang beda dari Toko Merah. Udara gelap menyodok antara jendela-jendela memiliki ukuran besar yang berada di sisi bawah sampai atas gedung.
Mendadak ia terjatuh serta berteriak-teriak aneh, tidak gunakan bahasa Indonesia, entahlah bahasa apa. Nyatanya ia kerasukan.
Ingin tahu, Tagar coba cari tahu sekitar misteri di dalam rumah yang dibuat istimewa bergaya kolonial itu. Seorang pria, wajahnya bapak-bapak, kelihatan tengah enjoy selesai mengendalikan urutan beberapa kendaraan yang terparkir di muka Toko Merah.
Sesudah mengenalkan diri, pria ramah itu didapati namanya Saipullah, umurnya seputar 42 tahun. Dia akui telah kerja di lokasi Kota Tua, terutamanya seputar Toko Merah, sepanjang 20 tahun. Beberapa puluh tahun melakukan aktivitas di lingkungan itu, insiden bau mistis dapat disebut makanan setiap hari.
Mukanya langsung beralih tegang saat Tagar berupaya mengulik insiden aneh yang pernah dirasakannya. Dia seperti sangsi untuk menceritakan. Tetapi sesudah diyakinkan, dia bersedia buka momen tidak masuk logika di lingkungan Toko Merah.
Pernah satu hari, saat tengah kerja parkir pada malam hari, dia lihat sesosok wanita bergaun putih dengan rambut panjang tergerai. Figur itu ada dengan mendadak di salah satunya jendela gedung. "Saya spontan memalingkan pandangan. Tetapi sebab ingin tahu saya lihat serta nyatanya telah hilang. Insiden penampakan semacam itu seringkali saya lihat," jelasnya dengan suara kalimat grogi.
Insiden lain yang sempat mengundang kecemasan masyarakat sempat juga berlangsung di muka Toko Merah. Satu sore, dia lupa kapan tepatnya hari insiden, seorang pelancong jadi korban keusilan penunggu bangunan itu. Pengunjung anak muda didapati tengah lewat serta dengan maksud menyimpan gambar Toko Merah dengan kameranya.
toko merah4Bagian dalam Toko Merah, Kota Tua, Jakarta Barat dipenuhi ornament memiliki nuansa kultur Tionghoa serta kolonial. (Photo: Tagar/Putra Abdul Fattah Hakim)
"Mendadak ia terjatuh serta berteriak-teriak aneh, tidak gunakan bahasa Indonesia, entahlah bahasa apa. Nyatanya ia kerasukan. Beberapa orang pada hadir. Serta sesudah diobati, ia katakan saat akan memphoto gedung, ada sesosok bukan manusia yang masuk ke frame photo kameranya," urai ia.
Menurut Saipullah, kejadian-kejadian bau gaib semacam ini berlangsung tidak menentu. Siang, sore atau malam, sering ada keisengan dari penunggu yang dilukiskan wanita itu. "Jika ia ingin memperlihatkan diri ada kapan juga, seenaknya," sebut pria dengan rompi parkir biru ini.
Narasi seirama dikatakan Sudaryan. Pria berusia 54 tahun ini ialah seorang pedagang kaki lima di samping gedung Toko Merah. Dia telah berjualan disana hampir 32 tahun, melanjutkan usaha yang dirintis ibunya.
Sudaryan akui sering menjumpai hal ganjil saat tengah berjualan. Lain dengan Saipullah, muka Sudaryan tidak memvisualisasikan rasa takut. Dia kelihatan enjoy waktu membeber macam insiden mistis yang dirasakan.
Pada suatu malam, sebab memang warung Sudaryan membuka sampai larut malam, terdengar suara aneh. Suara tanpa ada bentuk itu seperti memanggilnya. Ingin tahu, Sudaryan lihat kanan kiri, serta keliling warung sampai depan Toko Merah untuk cari sumber suara. Tetapi tidak ada seorang juga di seputar warung atau bangunan itu.
"Pernah dengar suara misterius. Tetapi ini jelas suara wanita. Suaranya seperti menangis, terkadang ketawa. Itu dari dalam gedung, walau sebenarnya jika malam hari Toko Merah tutup, tidak ada orang. Suara itu pada akhirnya berhenti sendiri sesudah saya melihat ke gedung," papar ia.
toko merah2Toko Merah di Kota Tua, Jakarta, sudah diputuskan jadi bangunan cagar budaya semenjak tahun 1993.
Keusilan hantu Toko Merah tidak itu saja. Sudaryan pernah lihat suatu hal seperti manusia yang lewat di gedung itu. Figur bayangan itu berbentuk wanita kenakan gaun putih panjang. Karena sangat panjangnya, gaun si wanita seperti bergerak menyapu lantai.
"Peristiwanya justru baru saja ini serta siang hari. Ingin tahu, saya ke arah pintu gedung tetapi nyatanya gedung itu tutup serta terkunci," katanya.
Lalu siapa sebetulnya figur wanita memiliki rambut panjang serta bergaun panjang warna putih itu ? Saipullah serta Sudaryan cuma angkat pundak sinyal tidak tahu. Tetapi dari narasi masyarakat yang bertumbuh, figur penunggu Toko Merah berkaitan dengan insiden mengerikan beberapa ratus tahun kemarin.
Satu momen riwayat yang dikenal juga dengan nama Tragedi Angke. Jadi salah satunya narasi gelap masyarakat keturunan Tionghoa di Bumi Nusantara sampai menyebabkan perlawanan ke Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) bersama dengan raja serta pangeran di Jawa.
Yaitu tindakan sadis tentara VOC pada orang Tionghoa pada tahun 1740. Di tahun itu, persisnya tanggal 9 Oktober, Gubernur Jenderal Adrian Valckenier memerintah prajurit VOC menghabisi semua orang keturunan Tionghoa dan keluarganya.
George Bernhard Schwarz dari Jerman bercerita insiden itu dalam bukunya yang berjudul Beberapa hal yang Luar Biasa. Melalui karyanya, George bercerita keterkaitannya dalam pembantaian. Dia turut membunuh beberapa orang yang belum pernah memiliki permasalahan pribadi dengannya. Justru awalnya terikat jalinan baik jadi tetangga.
toko merah5Sosok hantu wanita sering memperlihatkan diri dibalik jendela besar di gedung Toko Merah, Kota Tua, Jakarta.
Disebut di buku itu, seputar 24 ribu orang Tionghoa meninggal selama penerapan perintah Valckenier. Tetapi jumlahnya korban ini dibantah faksi Belanda dengan mengklaim cuma ada 5 ribu sampai 10 ribu korban.
Lepas mana yang benar tetapi George ungkap korban VOC bukan sekedar golongan lelaki. Beberapa orangtua, wanita serta beberapa anak jadi korban. Serta mereka yang tengah dirawat di rumah sakit tidak lepas dari kebengisan prajurit VOC.
Mayat-mayat korban pembantaian berantakan di sekitar Kali Besar hingga mengubah warna air jadi merah darah. Serta bangunan Toko Merah disebutkan jadi tempat penyiksaan buat beberapa gadis Tionghoa sampai banyak yang menjumpai ajalnya.
Sesaat dari bagian riwayat, Toko Merah serta beberapa bangunan tua lain di selama Jalan Kali Besar Barat serta Timur di pinggir Ciliwung membuat satu lingkungan perkotaan Eropa waktu lampau. Daerah ini jadi wilayah elite pusat Kota Batavia.
Awalannya Toko Merah jadi kantor serta tempat tempat tinggal Gubernur Jendral VOC namanya Gustaaf Willem baron van Imhoff. jadi tempat tinggal beberapa gubernur jenderal yang lain.
Jika ia ingin memperlihatkan diri ada kapan juga, seenaknya.
Sebutlah saja Jacob Mossel yang tempati Toko Merah pada tahun 1750 sampai 1761. Selanjutnya ada Petrus Albertus van der Parra, 1761-1775. Pejabat VOC lain, Reinier de Klerk sempat juga melakukan aktivitas dalam tempat itu sepanjang tiga tahun, 1777-1780. Terhitung Nicolas Hartingh serta Baron von Hohendorff.
Tidak hanya jadi pusat operasional perdagangan VOC, Toko Merah sempat juga digunakan untuk pekerjaan lain. Pada 1743 sampai tahun 1755, bangunan itu jadikan jadi universitas serta asrama Academie de Marine atau akademi tentara laut. untuk heerenlogement atau hotel petinggi, 1786-1880.
Tahun 1809-1813 bangunan ini jadikan jadi rumah oleh Anthony Nicare. Sampai pada era 19, gedung Toko Merah jadi punya seorang petinggi Tionghoa namanya Oey Liauw Kong. Bangunan selanjutnya digunakan jadi taka serta dicat warna merah. Selanjutnya terkenal dengan panggilan Taka Merah.
Berjalan waktu, Indonesia merdeka. Bangunan-bangunan kolonial sukses diambil pindah, terhitung gedung Toko Merah. Pada tahun 1990-an, gedung ini jadikan jadi bangunan cagar budaya berdasar UU No 5 Tahun 1992 serta surat ketetapan Gubernur DKI Jakarta No 475 tanggal 29 Maret 1993.
Sesudah sekian tahun terlewatkan, tahun 2012 Toko Merah direstorasi lagi serta dirubah jadi function hall yang bisa digunakan untuk tempat pameran serta pertemuan.
Akhir-akhir ini Toko Merah memang tertutup untuk umum. Cuma kegiatan-kegiatan khusus yang bisa memakai gedung itu. Bila Anda ingin tahu dengan narasi mistis atau ingin belajar riwayat karena itu dapat masuk izin petugas menjaga.
Viral! Misteri Hantu Usil Toko Merah Kota Tua Jakarta | Cerita Mistis Terbaru
