Merinding, Ini 4 Kisah Misteri Gunung Agung di Bali


penampakan saat erupsi gunung agung


Gunung Agung salah satunya tujuan wisata di Bali. Pelancong juga banyak yang menyengaja hadir ke Bali untuk mendaki gunung itu.

Tetapi terakhir, Gunung Agung yang terdapat di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali sering erupsi. Hingga pendakian atau wisata sangat terpaksa ditutup. Tetapi dibalik itu ada narasi misteri mengenai Gunung Agung yang dipercayai warga, berikut rangkumannya:

Misteri kera putih 

Kera putih dipandang sakral oleh masyarakat Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Ini karena mereka yakin kera tipe ini ialah utusan dari Ida Batara yang jaga kesatuan Gunung Agung.

Di Bali kera putih disebutkan 'sang wenara petak' atau bojong putih. Konon waktu gunung akan meletus umumnya hewan itu akan memperlihatkan diri pada masyarakat seputar jadi peringatan bahaya. Disamping itu, bojong putih dikenal juga jadi pembawa kabar baik. Dimana umumnya tampil di hari-hari besar seperti dalam ritual karya pujawali di Pura Pasar Agung yang diselenggarakan satu tahun sekali.

Bawa serta makanan ke gunung tidak bisa jumlahnya ganjil 

Masyarakat seputar Gunung Agung di Bali meyakini bila mendaki harus bawa makanan dengan jumlahnya genap. Berarti tiap pendaki jangan bawa makanan sejumlah ganjil.

Entahlah ada misteri apa dibalik gunung dengan makanan genap itu. Tetapi yang tentu ini harus digerakkan.

Dilarang bawa serta daging sapi 

Pendaki yang akan ke Gunung Agung dilarang untuk bawa bekal daging sapi. Konon bawa daging sapi ke gunung akan membuat geram penunggu gaib gunung.

Disamping itu dewa-dewa yang bernaung dari sana akan murka. Ditambah lagi dilerengnya ada pura Besakih yang suci. Masyarakat dari Agama Hindu Bali tetap menghindarkan mengonsumsi daging sapi sebab buat mereka sapi ialah hewan yang mulia.

Harus ditemani orang suci 

Saat ingin mendaki Gunung Agung, pendaki harus ditemani oleh orang suci. Orang yang dipandang suci itu pendeta atau orang khusus yang disucikan. Ini sebab Gunung Agung dipandang suci oleh masyarakat Bali. Dimana tidak sembarangan orang dapat mendaki tanpa ada izin. Karena bila tidak musibah akan hadir.

Wanita yang tengah hadir bulan dilarang keras untuk mendaki gunung itu. Buat masyarakat bali Gunung ialah lambang purusa atau lelaki sedang laut ialah ibu. Dengan demikian gunung ini lebih mengutamakan buat lelaki.