Dahulu, rimbunnya beberapa jenis pohon-pohon bawa daya tarik tertentu buat beberapa pengunjung rimba wisata Silayur pada 1950 sampai 1980-an. Kemolekan badan bukit Silayur jadi panorama yang menganakemaskan mata di selama jalan.
Memberi kepuasan buat keinginan kebanyakan orang yang akan buang beberapa waktunya untuk sekedar hirup udara fresh serta menjamah kehijauan daun-daun yang menghiasnya.
Pengemudi yang lewat di jalan itu akan bertemu dengan dasar picu beraspal yang meliuk-liuk, ditemani jurang yang cukup dalam di samping kanan serta kiri. Silayur adalah wilayah yang mempunyai trek naik serta turunan terjal. Jalan yang mempunyai panggilan Jalan tengkorak itu adalah bukit yang ketinggiannya seputar 700 mtr. di atas permukaan laut.
Seiring berjalannya waktu, rimba Silayur yang berada di daerah Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan itu perlahan-lahan tetapi tentu terus beralih. Seputar tahun 1970 an, beberapa pengembang perumahan mulai melirik lokasi itu jadi permukiman. Dibuatlah Perumahan Pandana Merdeka pada 1988 serta villa Esperanza pada 2005.
Alat berat menyayat-nyayat tanah, membunuhi satu per satu pohon, sampai memotong bukit sebagai nyawa wilayah itu. Rimba seluas beberapa ribu hektar habis di babat mesin-mesin pemusnah. Cuma pilu yang masih ada.
Bukit Silayur yang berada di daerah Kelurahan Bringin itu sudah jadi saksi bisu berlangsungnya beberapa ratus masalah kecelakaan. Beberapa golongan lantas mengkaitkan serangkaian tabrakan di salah satunya titik riskan Kota Semarang itu dengan beberapa hal gaib.
Minggu siang tempo hari, udara benar-benar panas, debu yang beterbangan melingkari setiap pengendara motor yang lewat. RMOLJateng mendatangi Kasdiyanto (55), masyarakat dukuh Duwet gang Bendo RT 1 RW 4 sebagai sesepuh di Desa Silayur. Pemilik rumah simpel berpagar papan ini, telah tinggal sekian tahun di wilayah sebagai saksi bisu terbunuhnya Ranem.
Didapati di tempat tinggalnya, bapak berkumis yang mempunyai banyak pohon mangga di seputar tempat tinggalnya itu mengaku terdapatnya figur hantu wanita tanpa ada kepala yang seringkali tampil di turunan Jalan Silayur Ngaliyan Semarang.
Dikisahkannya, Ranem ialah seorang wanita muda berparas cantik asal kota Solo Jawa Tengah. Sayangnya nasib untung tidak memihak di kehidupan Ranem, yang membuat pindah ke Semarang serta bekerja jadi seorang PSK di lokalisasi tersohor di Semarang.
Tidak beberapa lama tinggal di Semarang, karrna kecantikannya, ketenaran Ranem merayap naik bak selebriti. Sampai dalam satu malam pertengahan tahun 80an, pas beberapa minggu sebelum lebaran, berlangsung bencana yang akhiri hidup Ranem.
Sebab jadi rebutan, ia malah dibunuh, kepalanya dipotong serta jasadnya dibuang di sungai dekat Silayur,” katanya.
Pembunuh Ranem juga waktu itu telah tertangkap serta jalani hukuman, tetapi sayang arwah ingin tahu Ranem tetap ingin tahu sampai sekarang. Seringkali figurnya seringkali kelihatan berdiri di tepi turunan pada malam hari. Ranem berikut yang selanjutnya dipandang seperti figur yang membuat jumlahnya kecelakaan yang berlangsung di Lokasi berjulukan Jalan Tengkorak itu.
Kasdiyanto meneruskan, pada tahun 40-70an ada rutinitas nyleneh yang di kerjakan beberapa masyarakat atau pemakai jalan yang melalui jalan yang terdapat di bibir perbukitan yang mempunyai kelokan tajam serta berliku. lemparkan uang atau hasil bumi seperti jagung, beras, kacang dan lain-lain kesekitar jalan raya. Mereka yakin bila lakukan ritual seperti itu akan selamat waktu lewat disana.
Hal seperti itu benar-benar wajar berlangsung di sini, sampai pada akhirnya rutinitas itu dilarang oleh Lurah ditempat saat itu,” kata Kasdiyanto.
Ditemani ember berisi air dan gerinda tua yang telah terlihat tipis, ia meneruskan ceritanya. Pada saat kecil Kasdiyanto jalan yang membelah Bukit Silayur itu cuma mempunyai lebar seputar lima mtr.. Sekarang mulai diperlebar 26 mtr. ikuti lebar jalan yang telah ada.
Ada bukit Gumping sebelum jalan diperlebar seperti saat ini, bukit itu dahulu menghambat jalan sampai akhirnya di kepras memakai beghu,” papar Kasdiyanto bercerita, kadang-kadang lelaki betubuh sedang itu menyalurkan air ke mata pisau untuk diasah, sekalian melanjutkan kembali ceritanya.
Sejak bukit Silayur belum alami perluasan jalan, masalah kecelakaan yang berlangsung di tanjakan Silayur itu banyak berlangsung. Situasi Kuburan yang terdapat disamping timur jalan Silayur ini, meningkatkan kesan-kesan angker.
Ada mitos yang mengkaitkan jika tiap kecelakaan yang berlangsung di jalan maut itu terkait dengan kecelakaan yang berlangsung di jalan yang berada di daerah Gombel. Bapak berumur seputar 65 tahun ini menjelaskan, jika tiap ada kecelakaan di Gombel, karena itu hampir dinyatakan di Silayur akan berlangsung kecelakaan.
Hal tersebut terjadi belasan tahun, entahlah itu berlangsung selang satu atau dua hari setelah itu. Seperti jadi satu tanda-tanda, jika dahulu di antara Gombel serta Silayur mempunyai seperti jalinan gaib. Tetapi hal tersebut masih jadi misteri sampai saat ini, sebab belum juga didapati dengan tentu mitos itu.
Dahulu ada kecelakaan di Gombel, selang beberapa waktu selanjutnya satu truk yang alami rem blong terguling di Silayur,” kenang Kasdiyanto, sambil kadang-kadang menyeka rambut minimnya yang sudah beruban.
Keadaan truk mengenaskan, cuma sisa as roda truk saja. Insiden itu tewaskan tiga orang.
Banyak beberapa insiden yang berlangsung di wilayah itu. Menurut pembicaraan warga di seputar wilayah itu terkadang lihat figur pocong, macan tunggo, ular piton, kuntilanak berkeliaran tiap malam Jumat serta masih banyak. Tetapi lepas dari itu keindahan Bukit Silayur tidak pernah pupus.