Kisah Mistis Situs Watu Lumpang Cilongok, Airnya Tidak Pernah Luber



Situs Watu Kentheng atau watu Lumpang di Dusun Ragung, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok adalah satu diantara demikian situs peninggalan jaman prasejarah yang masih utuh serta dapat kita lihat di daerah Kabupaten Banyumas.

Dari beberapa info, disebut situs watu Kentheng adalah peninggalan waktu prasejarah yang berperan jadi fasilitas pelengkap ritual pemujaan arwah nenek moyang.

Akan tetapi, buat masyarakat seputar, mengatakan jadi watu lumpang, sebab memiliki bentuk seperti batu lumpang. Narasi bau mistis berkaitan situs watu lumpang itu juga cukup kental ditengah-tengah warga.

“Watu lumpang itu buat masyarakat benar-benar disakralkan. Kami yakin watu itu berkekuatan gaib. Tidak ada yang berani mengotak-atik watu itu. Sebab pernah satu kali ada orang yang mengambil watu lumpang itu, tetapi dalam waktu cepat telah kembali pada tempat sebelumnya ,” kata Sumawikarta (53), masyarakat RT 06/RW 03, Selasa (28/4).

Walau sebenarnya saat itu, paparnya, belum dikasih pagar keliling seperti saat ini. “Kalau tidak salah peristiwanya sewaktu juru kuncinya Pak Pangat almarhum, yang lihat sendiri ada orang mengambil watu lumpang, dengan kasat mata memang yang diambil orang itu watu lumpang, tetapi sebetulnya watu lumpang yang asli masih ada dalam tempat,” terangnya.

Tidak bingung, jika watu lumpang sampai sekarang masih menjadi tempat bertapa buat orang yang ingin penglarisan atau ngelap karunia. “Banyak yang hadir ke watu lumpang untuk bertapa. Mereka dari beberapa wilayah luar Desa Sambirata seperti Jawa Tengah, Jawa Timur atau Jawa Barat bikin ngelap karunia pada hari Selasa Kliwon, Senin Wage serta Jumat Kliwon,” katanya.

Disamping itu, kekhasan lain dari watu lumpang, air hujan yang tertampung di lubang tidak pernah meluber. “Baik hujan deras atau hujan gerimis, keadaan air di lumpang masih ajeg, belum pernah meluber. Serta jika musim kemarau hadir, airnya akan berkurang sendiri, tetapi tidak pernah kering kerontang,” katanya.

Konon, air dalam lumpang itu jadi pemberi tanda buat masyarakat untuk tahu keadaan air bersih di dalam rumah masyarakat. “Kalau air di batu lumpang itu berkurang, air yang kami mengambil dari sungai memakai selang akan mengecil, tetapi bila di lumpang itu airnya penuh, karena itu air bersih melimpah,” papar Casmi (88), masyarakat yang lain.

Situs watu kentheng itu keadaan dengan fisik masih asli serta untuk menghadapi kerusakan, situs seluas panjang 10 m, lebar 5 m dipagar keliling Pengelolan perawatan situs itu langsung dikerjakan oleh Balai Peninggalan Riwayat serta Purbakala Daerah Jawa Tengah dengan juru memelihara dari piranti Desa Sambirata.

Situs watu kentheng itu adalah bangunan punden berundak jadi tempat pemujaan arwah nenek moyang pada saat prasejarah yang fokus mengarah utara serta selatan dengan mengagungkan gunung Slamet yang dia anggap jadi tempat persinggahan paling akhir bersemayamnya beberapa arwah leluhur di samping timur tempat situs itu ada saluran sungai yang pada saat prasejarah telah dipakai jadi tempat bersuci sebelum ke arah tempat pemujaan arwah nenek moyang