Ini 3 Fakta Taman Sari, Sejarah serta Mitos di Balik Keindahannya



Taman Sari adalah salah satunya obyek wisata di Yogyakarta yang menarik untuk didatangi. Tempat ini mempunyai bangunan bersejarah serta artistik yang pas bikin objek photo.

Tempatnya yang tidak jauh dari Titik 0 Yogyakarta ini, jadi arah wisata yang banyak disukai pelancong lokal atau asing. Taman Sari jadi salah satunya peninggalan riwayat kebanggaan keraton Yogyakarta itu, ada suatu hal bangunan unik yang kental nuansa kuno, komplet dengan kolam pemandian, kanal air, jembatan gantung, sampai lorong bawah tanah.

Nyatanya, tidak hanya mempunyai riwayat yang unik, keindahan kampung wisata Taman Sari ini mempunyai mitos yang tersebar di warga Yogyakarta. Ingin tahu seperti apa?

Berikut 3 bukti riwayat serta mitos Taman Sari Yogyakarta, yang chk kumpulkan dari beberapa sumber:

1. Riwayat 


Situs Taman Sari didapati sudah berdiri semenjak tahun 1785, yang diikuti dengan candra sengkala catur naga rasa tunggal (sinyal istana baru) oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Sampai sekarang, bangunan Taman Sari Yogyakarta itu tetap berdiri kuat, walau pernah diperbaiki karena gempa di Yogyakarta pada 27 Mei 2006.

Kampung wisata Taman sari menurut info yang mengambil sumber dari faksi keraton, atau balai pelestarian bangunan serta cagar budaya, konon adalah danau yang lumayan luas, diperlengkapi dengan parit dari Taman Sari ke arah bangunan pusat keraton lewat segaran.

Taman Sari yang sebenarnya sebuah pesanggrahan, yang pada saat pembangunannya di pimpin langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I serta Bupati Madiun Raden Rangga Prawirasentika dipercayakan jadi penanggung jawab pengerjaannya, sedang konstruksinya oleh Bupati Kiai Tumenggung Mangoendipoero.

2. Filosofi 


Semenjak awal, Pesanggrahan Taman Sari dibuat untuk kepentingan pertahanan dalam makna dengan phisik, tetapi dengan filosofi pesanggrahan Taman Sari mempunyai dua nilai yang ingin digambarkan. Yaitu proses penelusuran kesenangan duniawi, yang dilambangkan adanya taman serta kolam yang indah. Tetapi di lain sisi, ada bangunan penting yang disebutkan sumur gemuling, dan terdapatnya Mihrab (tempat imam) yang biasa dipakai untuk imam sholat. Dapat disimpulkan, sumur gemuling sebagai sisi dari Taman Sari itu, adalah lambang ujian buat satu orang dalam kehidupan di dunia, yaitu di antara kesenangan duniawi dengan ketentuan aturan illahi, semuanya dilukiskan dalam pesanggrahan Taman Sari atau pesanggrahan lain.

Menurut beberapa sumber, arsitektur istimewa serta indah di kompleks Taman Sari ini, adalah kombinasi dari beberapa jenis budaya yang ada. Sebab Sultan Hamengku Buwono I ialah seorang penggemar karya seni, serta Taman Sari ini adalah karya arsitektur monumental pada saat kepemimpinannya. Konon beritanya, Taman sari disebutkan jadi istana air, yang dipakai untuk tempat pemandian permaisuri dan beberapa putri raja pada eranya.

3. Mitos 


Salah satunya mitos yang tersebar di warga Yogyakarta ialah lorong yang berada di Taman Sari, yang konon tuturnya dapat tembus sampai ke pantai selatan. Ada dua lorong bawah tanah di lokasi Tamansari itu yang pertama namanya Urung-urung (lorong) Timur serta Urung-urung Sumur Gumuling.
Lorong timur mempunyai panjang 45 mtr. menyambungkan Pulo Panembung serta Pulo Kenanga. Sedang lorong Sumur Gumuling mempunyai panjang 39 mtr., di bagian yang hampir sampai ujung lorong, ada mata air namanya Sumur Gumuling, yang dikelilingi lima anak tangga. Pas di atas mata air ini ialah masjid bawah tanah.

Tetapi sebenarnya, Lorong Sumur Gumuling disebutkan lebih panjang mengarah barat. Tetapi sebab roboh, bangunan itu dipugar pada tahun 1972 serta ditutup sampai sisa 39 mtr.. Sebelum dipugar, konon berita yang tersebar dengan turun-temurun di kampung itu, mengatakan jika ujung lorong ini bisa tembus sampai ke pantai laut selatan.

Serta mitos yang lain menjelaskan jika, Sumur Gumuling ialah tempat pertemuan di antara Ratu Pantai Selatan atau Nyi Roro Kidul dengan Sultan Yogyakarta. Sedang menurut salah seorang pengawas Tamansari menjelaskan, Sri Sultan Hamengku Buwono I memang membuat Keraton pada sebuah sumbu lurus imajiner, yang tersambung dengan Gunung Merapi serta Pantai Parangtritis. Sultan mengharap ketiganya bisa bersinergi.