Cerita Misteri yang Tersembunyi di Museum Fatahillah. Merinding!


 

Tidak semua gedung di Ibukota gedung baru. Tentu saja masih ada gedung-gedung lama yang bersejarah di Jakarta yang seringkali jadi perhatian pelancong lokal serta luar negeri. Intinya, lokasi Kota Tua yang mempunyai beberapa museum riwayat. Sebutlah saja diantaranya Museum Fatahillah, gedungnya memang indah serta kuat. Tetapi nyatanya simpan banyak cerita mistis yang akan membuat bulu kudukmu saat itu juga berdiri. Berikut penjelasan Hipwee Travel tentang museum yang berdiri di Jakarta Barat ini.

Museum Fatahillah memiliki bagian mistis yang melegenda. 


Sebab pernah dipakai jadi tempat pembantaian, kadang-kadang di lokasi ini masih terdengar suara tangisan . Di museum yang dikenal juga jadi museum Riwayat Jakarta ini pernah ada satu cerita gelap. Yaitu, pembantaian sadis yang pembunuhan keji oleh rezim Belanda pada masyarakat keturunan Tiongkok.

Seputar tahun 1740 yang lalu, diceritakan pas di alun-alun depan museum terjadi pembantaian seputar 500 orang China. Kemungkinan sebab hal itu, sampai sekarang kadang-kadang masih terdengar beberapa suara pekikan histeris sampai tangisan yang terdengar benar-benar ramai, pas dalam tempat pembantaian. Terkadang, serta ada pula penampakan figur tanpa ada kepala. Apa kamu mampu memikirkannya? Sama mengerikan dengan suara tangisan, di ruang penjara bawah tanah serta sering ada berbau anyir serta amis darah

Berikut cerita mistis paling melegenda di museum Fatahillah,

cerita yang mengambil sumber dari ruang penjara bawah tanah. Ruangan penjara ini telah berdiri semenjak 300 tahun yang lalu. Dahulunya, dipakai jadi tempat penampungan beberapa tahanan, penjahat serta beberapa tokoh warga yang memberontak pada pemerintahan Belanda. Disini tindakan kejam terbanyak berlangsung. Beberapa tahanan di masukan kesana sampai sesak sekitar 500 orang, dibiarkan kelaparan, membusuk mati sampai disiksa dengan sadis.

Cerita gelap itu yang selanjutnya diakui jadikan area penjara ini kental dengan nuansa mistis. Dari mulai beberapa suara aneh, berbau anyir serta amis darah, sampai penampakan figur bayangan hitam seringkali kelihatan. Disamping itu serimg terlihat penampakan tiga hantu berbentuk anak kecil yang tidak karuan, pria serta wanita yang kenakan baju ciri khas Belanda dengan bentuk yang telah hancur seringkali kelihatan di lokasi ini.

Museum Fatahillah digunakan jadi tempat eksekusi. Lonceng kematian yang dahulu demikian bertindak dalam penetapan waktu kematian, sekarang masih seringkali mengeluarkan bunyi sendiri waktu malam.

Tidak hanya jadikan jadi gedung pemerintahan di masa Belanda, museum Fatahillah jadikan jadi tempat eksekusi. Dalam cerita sejarahnya, seorang tahanan yang akan dilakukan akan dikasih sinyal dari beberapa orang di seputar museum lewat satu lonceng yang diketahui dengan nama lonceng kematian.

1x mengeluarkan bunyi, bermakna tahanan mulai digiring ke ruangan pengadilan, ke-2 bermakna tahanan telah ada di atas tribune pengadilan. Sedang bunyi lonceng ke-3 jadi sinyal jika tahanan akan selekasnya dilakukan serta dilihat oleh petinggi serta hakim pengadilan.

Di saat khusus, lonceng yang dahulu memang tetap dibunyikan waktu malam hari, masih kadang-kadang mengeluarkan bunyi sendiri. Serta, bunyinya sampai 3x. Yang ini waktu tidak ngeri?

Asal kamu paham.kamu mengerti, pejuang bangsa Indonesia seperti Pangeran Diponegoro serta Cut Nyak Dien nyatanya pernah ditahan di penjara ini. Pada tahun 2010 lantas sudah diketemukan satu ruangan rahasia .

Dahulu, jaman pemerintahan Hindia Belanda, beberapa tahanan yang sudah dipastikan bersalah akan diberi hukuman gantung di muka gedung ini. Pada tahun 1740, beberapa ribu orang Tionghoa diikat, duduk bersimpuh di muka balai kota, selanjutnya dari jendela balai kota, Gubernur memberikan code untuk lakukan eksekusi pada mereka.

Museum ini sebagai saksi bisu dari penderitaan tawanan di penjara bawah tanahnya. Saat air laut pasang, penjara akan terisi air laut, merendam badan beberapa tawanan serta membuat keadaan tawanan benar-benar memilukan. Siapa kira jika Pangeran Diponegoro serta Cut Nyak Dien sempat juga ditahan di sini.

Dalam suatu ruang yang ada di samping ruangan atraksi sudah diketemukan ruang rahasia semenjak 2010 kemarin. Pada dinding kamar yang luasnya seputar 200 mtr. persegi, ada mural yang benar-benar eksotis serta baru terlihat 1/2 jadi.

 Mural itu memvisualisasikan Batavia masa 1880-1920. Menurut brosur yang mereka bagi pada beberapa pengunjung, mural itu dibikin oleh pelukis Harijadi Sumodidjojo serta S. Sudjojono tahun 1974 atas perintah Ali Sadikin (gubernur Jakarta pada saat itu). Kamar ini dengan tidak menyengaja diketemukan oleh beberapa orang Indonesia yang terhimpun dalam komune penggemar riwayat. Seperti harta karun begitu ya jadinya…

Di akhir 2014 lantas, Museum Fatahillah ini sempat diperbaiki. Walaupun kemungkinan bertambah indah, tetapi nyatanya tidak hilangkan berlangsungnya penampakan arwah
Dikutip dari CNN Indonesia, Budi, salah seorang petugas keamanan Museum Fatahillah menjelaskan, sepanjang kerja jadi petugas keamanan di sini, ia seringkali lihat bermacam penampakan. Yang seringkali adalah figur noni Belanda dan beberapa suara asing pada malam hari.

“Saya biasa, kemungkinan hantunya biasa lihat saya,” selorohnya.

Sesudah perbaikan besar itu usai pada Januari 2015 lantas, semua susunan bangunan museum, mulai sisi depan sampai bawah tanah telah diremajakan kembali. Ya, mudah-mudahan beberapa “penghuni” di sini semakin kerasan serta tidak pernah mengganggu pengunjung . Kesurupan yang pernah berlangsung kadang-kadang dapat juga turut berhenti.

Parahnya, aura mistis museum ini nyatanya sering digunakan pengunjung yang ingin cari keberuntungan berbentuk ghaib. Ada banyak orang yang hadir untuk cari nomor judi togel. Mereka hadir bersama dengan orang pandai, serta entahlah bagaimana ceritanya, mereka mendapatkan batu phyrus di ruangan penjara bawah tanah. Ahh apa saja itu, kamu ati-ati jika ke sini. Janganlah sampai pikiranmu kosong, ditambah lagi sampai mengatakan kotor. Kata penjaganya sich, pengunjung wanita yang terbanyak alami momen kerasukan. Ati-ati ya…