Cerita Misteri Kuda Putih Eyang Suro, Robin Hood dari Benteng Van Den Bosch Ngawi



Beberapa jejak peninggalan kolonialisme Belanda masih bisa kita dapatkan di pelosok tanah air.

JIka Anda bertandang ke Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, ada salah satunya situs riwayat yang simpan daya tarik wisata serta pasti mempunyai cerita misteri yang buat Anda ingin tahu untuk bertandang, namanya ialah Benteng Van Den Bosch.

Pada jaman dulu benteng di Ngawi ini adalah salah satunya militer terkuat pemerintah Kolonial Belanda sewaktu perang.

Benteng dengan style ciri khas Eropa ini adalah benteng pertahanan yang benar-benar kuat dimasanya, sampai ini hari kemegahannya masih dapat kita lihat serta rasakan langsung buat siapapun yang mengunjunginya.

SItus peninggalan Kolonial Belanda ini tidak ada habisnya untuk terus dijelajahi. Ditambah lagi buat Anda pencinta wisata misteri.

Benteng ini sekarang jadi warisan dari situs riwayat yang dapat jadi obyek wisata untuk Anda datangi walau di tempat tempat TNI.

Tidak hanya Anda dapat belajar riwayat, Anda akan mendapatkan informasi menarik yang akan dikisahkan oleh juru kunci atau masyarakat seputar masalah cerita beberapa Pahlawan yang dahulu berusaha dibalik Benteng Van Den Bosch.

Misteri di makam tua

Di Benteng itu, ada makam ulama yang cukup disegani pada eranya di sini, yaitu K. H. Muhammad Nur Salim, serta makam Eyang Suro, yang terletak pas di belakang benteng.

Makam ini telah ada semenjak pasukan VOC masih tempati benteng ini.

Menurut info yang disemayamkan di tempat ini ialah Alm. KH. Muhammad Nursalim.

Dia salah satu orang keyakinan Pangeran Diponegoro yang menyengaja diutus ke wilayah Ngawi untuk lakukan semua perlawanan penindasan yang dikerjakan VOC.

Saat lakukan perlawanan KH. Muhammad Nursalim tertangkap serta ditahan, konon dia memiliki kesaktian yang mengagumkan hingga tidak bisa dilukai serta dibunuh memakai senjata apa saja.

Pada akhirnya pasukan Belanda juga mengubur hidup-hidup KH. Muhammad Nursalim di salah satunya pojok Benteng Van Den Bosch.

Lantas ada pula Eyang Suro. Konon narasi, Eyang Suro adalah orang terpandang saat itu.

Tidak cuma seperangkat Gamelan saja, namun, Eyang Suro mempunyai seekor Kuda Putih.

Kuda itu, diakui oleh warga seputar seringkali menunjukkan wujudnya.

Ada hantu kuda putih? Click NEXT untuk artikel setelah itu

“Kadang masyarakat seringkali dengar alunan musik gamelan. Asal suaranya itu dari ruang makam Eyang Suro,” hebat Serka Eko Ratmono, salah satunya prajurit Armed 12/Divif 2 Kostrad yang dipilih jadi Kuncen di Benteng Van Den Bosch saat didapati di seputar ruang benteng.

Menurut Eko, sang penunggangnya, yaitu Eyang Suro mempunyai cerita yang seperti dengan Robin Hood.

Pada saat penjajahan, Eyang Suro seringkali mengambil beberapa barang bernilai punya Tentara Belanda.

“Beliau adalah rakyat jelata, tetapi terpandang. Sampai saat ini, semua masyarakat Ngawi banyak yang bercerita Eyang Suro,” lanjut Eko.

Benteng yang terdapat di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi memiliki ukuran 165 mtr. x 80 mtr. yang dibuat pada 1845 itu menyengaja dibuat lebih rendah dari tanah seputar, hingga masyarakat seputar mengatakan jadi Benteng Pendem.

Konon pasukan VOC pelihara buaya ganas yang diletakkan di parit seputar benteng.

Beberapa pertarungan berlangsung dalam tempat ini menyebabkan banyak korban berjatuhan serta membuat benteng pendem ini penuh dengan cerita misteri yang membuat bulu kuduk berdiri.

Menurut penjaga benteng, banyak pengunjung yang dengar beberapa suara dari mereka yang tidak terlihat wujudnya di sudut-sudut benteng.

Di pojok benteng ada 4 ruang kecil yang dulu digunakan Kolonial Belanda untuk memenjarakan pekerja rodi yang bersalah.

Dalam tempat itu pengunjung seringkali dengar suara jeritan-jeritan orang yang minta tolong.

Lain tempat yang seringkali disampaikan pengunjung ialah tempat yang dulu digunakan jadi kamar mandi.

Berdasar laporan, dalam tempat itu didiami sesosok wanita paruh baya kenakan pakaian kebaya Jawa yang seringkali menampakan diri.

Selain itu, Danyonarmed 12/Divif 2 Kostrad, Letkol Arm Ronald, F. Siwabessy menjelaskan bila makam Eyang Suro, memang benar terdapatnya.

Serta, almamater Akademi Militer tahun 2002 itu juga menyebutkan, Eyang Suro adalah salah satunya figur Pahlawan buat beberapa rakyat jelata.

Walau ada di Benteng, dia tidak melarang warga seputar atau di luar Kabupaten Ngawi, untuk berziarah ke makam Eyang Suro.

“Memang benar terletak di Benteng. Tetapi, siapa saja bisa berkunjung ke makam beliau, selama tidak disalahgunakan ya,” tegas Letkol Arm Ronald, F. Siwabessy.

Waktu didapati terpisah, Danmenarmed 1/PY/2 Kostrad, Kolonel Arm Didik Harmono menjelaskan bila kehadiran makam beberapa leluhur itu, telah sepantasnya dijaga serta dirawat.

Masalahnya tidak hanya jadi bentuk penghormatan pada beberapa leluhur, makam itu adalah lambang atau riwayat perjuangan bangsa, lebih warga Ngawi.

“Sebagaimana pesan Presiden pertama kita, Ir. Soekarno, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati serta menghargai jasa-jasa beberapa Pahlawannya,” ujarnya.