Situs ini berbentuk susunan bangunan dari bata merah dengan bentuk yang demikian susah seperti labirin. Dibalik itu semua, situs ini simpan misteri dengan ditemukannya satu Sumur Upas serta lima kerangka manusia.
Semenjak Oktober 2014, situs sumur upas atau Candi Kedaton kelihatan istimewa serta cantik. Itu sesudah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud membuat cungkup pelindung serta taman dibagian depan serta belakang situs ini.
Tetapi, masuk cungkup yang istimewa itu, mata kita akan lekat melihat lima buah peti mati pada pojok tenggara. Sesaat ke lima peti mati itu membuat merinding. Ditambahkan aroma wangi kembang serta dupa menyodok di seputar peti mati.
Juru pelestari situs sumur upas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan, Muhammad Minin menerangkan, ke lima peti mati itu berisi kerangka manusia yang diketemukan di makam Islam di seputar sumur upas waktu dikerjakan ekskavasi oleh Pusat Riset Arkeologi Nasional tahun 1985.
Menurut narasi rakyat, kata Minin, kerangka manusia itu adalah Dewi Murni, Dewi Pandansari, Wahito, serta Puyengan. Sesaat satu kerangka manusia yang lain diidentifikasi jadi kerangka seorang pria yang belum didapati identitasnya.
"Wahito serta Puyengan istri Adipati Minak Jinggo dari Blambangan (Banyuwangi) yang dibawa ke Majapahit oleh Damarwulan. Sedang dua dewi yang lain cuma pembantu," kata Minin waktu terlibat perbincangan dengan detikcom, Minggu (28/8/2016).
Berdasar sebagian literatur riwayat, Damarwulan ialah seorang pemuda yang mengabdi pada Patih Loh Gender pada saat pemerintahan Prabu Sri Suhita atau Ratu Ayu Kencana Wungu tahun 1427-1447 masehi. Konon sang ratu membuat sayembara untuk menaklukkan Adipati Blambangan, Minak Jinggo yang lakukan pemberontakan pada Majapahit.
Damarwulan sukses memenangi sayembara itu karena pertolongan ke-2 istri Minak Jinggo, Wahita serta Puyengan. Tidak cuma membunuh sang Adipati Blambangan, Damarwulan sukses menarik hati Wanita serta Puyengan yang selanjutnya ia boyong ke Majapahit.
Atas jasanya itu, Ratu Kencana Wungu bersedia dinikahi Damarwulan. Pernikahan itu dengan automatis membuat Damarwulan jadi Raja Majapahit bertitel prabu Bhrawijaya VI atau Prabu Mertawijaya. Dengan demikian, Damarwulan memiliki empat orang istri, yaitu Dewi Anjamara (putri Patih Loh Gender), Wahita, Puyengan, serta Ratu Kencana Wungu.
"Kemungkinan putri Blambangan yang dibawa Damarwulan ke Majapahit itu tinggal serta disemayamkan di situs sumur upas sesudah meninggal dunia," tutur Minin.
Tidak hanya diketemukan makam, pada tengah situs ini ada sumur kuno berdiameter 80 cm yang disebutkan masyarakat jadi Sumur Upas. Konon sumur ini memiliki kandungan gas beracun (Upas) yang dikeramatkan oleh masyarakat seputar. Belum didapati persis peranan dari sumur itu.
Sumur Upas ini dikelilingi susunan bangunan dari bata merah yang seperti labirin. Pada bagian timur laut dekat pintu masuk, ada formasi bata merah bedenah persegi panjang memiliki ukuran 12,5x8,5, tinggi 1,6 mtr.. Pada bagian barat bangunan ini ada sisa sinyal masuk selebar 2 mtr..
Di bagian yang lain ada seperti sisa parit berdenah huruf L. Sesaat pada pojok timur laut, ada susunan Candi Kedaton.
"Situs ini tersisa pemukiman jaman Majapahit. Candi Kedaton sendiri manfaatnya jadi tempat pemujaan. Terdapatnya candi ini kemungkinan dahulunya istri Raja Damarwulan tinggal di sini," jelas Minin.
Walau memiliki bentuk kurang menarik, situs sumur upas masih ramai didatangi pelancong. Ada yang sebatas berpose, ada juga yang menyengaja hadir untuk ritual mandi air suci dari sumur windu. Sumur kuno itu terdapat persis di muka Candi Kedaton.
"Umumnya pengunjung hadir untuk mandi atau sebatas minum serta bersihkan muka dengan air sumur windu. Air itu diakui jadi obat," katanya.