Waktu project perluasan Lapangan terbang Ngurah Rai di Denpasar, Bali, semua bangunan lama dirubuhkan. Tetapi cuma satu yang tidak bisa didepak, yakni kehadiran pohon kepuh di area tempat lapangan terbang internasional punya pulau Bali ini.
Pohon kepuh setinggi lebih dari 20 mtr. ini telah ada semenjak pertama kali dibuatnya reklamasi Lapangan terbang Ngurah Rai pada 1970-an. Saat itu juga, pohon ini masih berdiri kuat tanpa ada dapat untuk ditebang atau diratakan.
Dalam tempat ini, dibuat satu pura yang dipercaya oleh semua karyawan yang kerja di cakupan Lapangan terbang Internasional Ngurah Rai jadi penjaga alam udara serta laut di daerah tepian Desa Tradisi Kelan serta Desa Tradisi Tuban.
Waktu project pelebaran Lapangan terbang Ngurah Rai, semua diratakan tidak kecuali pura di pohon kepuh ini. Sayang, pura dapat dipindah ke lain tempat dengan upacara perpindahan serta di setujui masyarakat. Tetapi, hal tersebut berlebihan sebab yang diinginkan oleh faksi pelaksana project ialah menebang pohon kepuh tua yang membuat perlindungan pura di bawahnya.
"Telah lebih dari 4 kali pohon ini ingin ditumbangkan tapi belum pernah sukses, kami desa tradisi sich mempersilakan saja, tapi kami tidak bertanggungjawab peluang berlangsung," kata Mangku Gusti Made Gina, Pemangku Pura Kepuh di Tuban, Kuta Sabtu (27/12).
Dalam tempat ini bukan sekedar masyarakat ditempat yang berikan bhakti, tapi banyak beberapa sopir taksi yang hadir minta keselamatan. "Dulu umumnya beberapa sopir yang sembahyang di sini, itu sebelum jalan di muka pura diputus," tutur Mangku.
Pohon Kepuh yang terdapat disamping utara terminal cargo, itu banyak simpan misteri. Serta beberapa karyawan yang kerja di cakupan Lapangan terbang Ngurah Rai, saat minta suatu hal ke pohon itu tetap diberi berkah.
Carita salah seorang karyawan di salah satunya penerbangan di Lapangan terbang Ngurah Rai, akui lebih dari 7 tahun kerja tapi masih status tenaga kontrak.
"Semenjak saya meminta di pura itu, nyatanya tidak kurang dari satu minggu ada surat pengangkatan buat saya. Mulai sejak itu saya rajin sembahyang di pura Kepuh," kata seorang wanita karyawan di Lapangan terbang yang minta namanya tidak dicatat.
Masih narasi ia, tiap kerja jam sif apa saja, ingin siang, pagi atau malam diakuinya terlebih dulu mangkir di pohon kepuh ini sebelum mangkir ke perusahaan.
"Pokoknya kita umat di Bali, tetap jalankan kehidupan setiap hari harus sesuai Sekala serta Niskala (alam riil serta tidak riil)," katanya.
Hal seirama kembali disampaikan oleh Mangku Pura Kepuh ini Gusti Made Gina, jika semua permintaan serta keinginan yang dikerjakan dengan hati yang ikhlas bukan fundamen permintaan yang ada timbal baliknya, dalam tempat ini tentu dipenuhi.
"Asal kemauan kita tulus, karena itu permintaan kita pada Tuhan akan dikatakan serta didengarkan dalam tempat ini. Ingat, bukan untuk mengetes, tapi silahkan yakin tidak yakin," papar mangku, Sabtu (27/12).
Kata Mangku, umumnya dari masyarakat yang meminta dalam tempat pura kepuh lapangan terbang Ngurah Rai ini ialah mereka yang mempunyai sakit tidak segera pulih.
"Untuk minta kesembuhan tetap sukses dalam tempat ini pulih. Tapi jika lain-lain, mencari pesugihan serta mudah jodoh atau minta memiliki anak, ada sich satu dua yang sukses," jelas Mangku Gina, selesai layani umat di Pura Pohon Kepuh Tuban, Kuta Bali.
Cerita Mistis, Pohon ini Tak Bisa di Tebang di Bali, Ngeri
