Indonesia terbagi dalam beberapa ribu pulau. Karena itu, sudah pasti Indonesia mempunyai background penghuni yang benar-benar bermacam. Cuma untuk mengurai asal mula masyarakat satu pulau saja, kerapkali tidak dapat mengungkap dengan selesai, sebab terbatasnya data riwayat.
Ambil saja salah satunya suku paling besar di Indonesia yakni suku Jawa. Suku ini menyebar di sebagian besar pulau di Indonesia. Tetapi, untuk mencari asal-usulnya bukan masalah mudah. Terdapat beberapa opini serta teori.
Dalam catatan-catatan Kitab Hindu Kuno seperti diambil Capt RP Suyono dalam Dunia Mistik Orang Jawa (2009: 15-16) diceritakan jika pada 450 SM sampai 78 M, nenek moyang suku Jawa dari Koromandel mulai banyak yang datang. Pada saat itu, Jawa masih diliputi hutan lebat belantara serta diketahui dengan nama Nusa Kendang. Wilayah itu sukses didatangi oleh beberapa orang dari Kerajaan Astina atau Kling, Koromandel atas perintah raja mereka yang namanya Arjuna.
Diperkirakan awal kedatangan mereka di wilayah Banten. Tetapi, mereka tidak dapat tahan lama menempati daratan Jawa sebab ganasnya masalah makhluk-makhluk berwujud aneh. Ada banyak tipe makhluk aneh, diantaranya dinamakan gandarwa (Sanskerta: gandharva) atau biasa disebutkan genderuwo. Mahkluk aneh yang lain ialah tetekan, cicet, bahung, serta banaspati.
Tidak hanya serangan makhluk aneh itu, mereka dimangsa oleh binatang-binatang buas. Mengakibatkan, banyak antara mereka meninggal. Serta yang selamat putuskan kembali pada negeri aslinya. Seputar 500 tahun selanjutnya, penguasa Kerajaan Kling yang namanya Brahmani Wati, kembali coba mengalahkan pulau Jawa. Kapal-kapal penuh dengan masyarakat desa dibawa ikut.
Kehadiran mereka kesempatan ini, sukses membabat hutan di pulau jawa. Beberapa gandarwa serta kawan-kawanya tidak mengganggu. Hingga mereka juga dapat membuat desa sampai daerah pedalaman. Mereka serta keturunannya selanjutnya, sebagai cikal akan Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat. Dari keturunan mereka ini juga, disangka jadi cikal akan suku Sunda, yang sampai sekarang menguasai warga Propinsi Jawa Barat.
Tidak hanya dari Kitab Hindu Kuno, cerita mengenai beberapa pendatang atau nenek moyang orang Jawa dapat didapati dari literatur kuno yang lain seperti Babad Tanah Jawa serta Serat Kuno Keraton Malang. Tetapi, pada prinsipnya, semua menjelaskan hal sama jika pada saat awal dikunjungi, Pulau Jawa masih berbentuk rimba belantara serta ditempati oleh makhluk-makhluk aneh dan binatang buas.
Menurut pemaparan Sri Wintala Achmad dalam Asal-Usul serta Riwayat Orang Jawa (2017: 18-24), untuk tahu asal mula orang Jawa harus memperhitungkan beberapa sumber.
Beberapa sumber itu diantaranya hasil analisis beberapa arkeolog, riset beberapa sejarawan, literatur kuno mengenai Jawa seperti Babad Tanah Jawa, Serat Kuno Keraton Malang, beberapa surat kuno dari India, Cina, serta bisa melihat catatan kuno suku Maya mengenai bangsa Atlantis serta Lemuria.
Menurut arkeolog, satu juta tahun sebelum Masehi, Pulau Jawa diperhitungkan telah ditempati. Namun, peradaban manusia saat itu masih primitif serta biasa dikatakan sebagai manusia purba.
Penemuan-penemuan fosil manusia purba di lembah Bengawan Solo oleh von Koenigswald, Eugène Dubois, serta arkeolog lain menunjukkan jika DNA manusia purba seperti Pithecanthropus erectus serta Homo sapiens mempunyai susunan DNA yang seperti dengan DNA orang Jawa di jaman saat ini.
Manusia purba sejenis Homo erectus di Dusun Trinil, Kawu, Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur oleh Eugène Dubois menguatkan teori itu. Walau sebenarnya mereka direncanakan hidup pada 700.000 tahun sebelum Masehi.
Namun, tipe manusia purba ini dapat disebutkan masih “menyerupai” kera berjalan tegak. Berarti, peradabannya masih jauh dengan manusia kekinian. Pertanyaannya, apa mereka selanjutnya berevolusi serta jadi manusia kekinian? Apa mereka selanjutnya punah? Atau mereka berikut yang disebutkan makhluk aneh ketika nenek moyang dari Koromandel hadir ke Jawa Barat?
Beberapa Arkeolog memiliki pendapat jika sebagian besar manusia purba ini alami kepunahan saat Gunung Lawu purba, Gunung Kelud purba, Gunung Krakatau purba, serta gunung berapi purba yang lain di Pulau Jawa, meletus. Kalaulah ada yang selamat dari letusan-letusan itu, direncanakan mereka selanjutnya bertemu dengan beberapa pendatang dari negeri lain. Bentrokan budaya juga berlangsung atau dapat juga alami proses asimilasi lewat perkawinan.
Saat manusia dapat membuat tulisan, set baru diawali. Dari catatan-catatan berbentuk aksara kuno itu, beberapa sejarawan mulai dapat menyusun cerita waktu lampu yang dekati kebenaran. Namun, masa ini, Pulau Jawa telah ditempati oleh bermacam manusia baik dari penghuni yang lebih lama atau beberapa pendatang. Semua bercampur dalam makna yang sebenarnya.
Seputar 3000 SM, beberapa orang dari suku Lingga, Tiongkok Daratan, Yunan atau Funan di Cina Selatan, Kasi di India Selatan, orang dari Dinasti Kusana dari India, orang Siam dari Thailand, orang Turki, serta orang Arab, dan Campa, banyak yang datang dengan bergelombang.
Gelombang awal kehadiran itu juga dikenal jadi jaman Proto Melayu. Setelah itu diikuti kehadiran selanjutnya yang diketahui jadi gelombang Deutro Melayu. Semua pendatang itu bawa peradaban yang tambah lebih maju dibandingkan masyarakat Pulau Jawa yang terlebih dulu menempati. Dari mereka berikut selanjutnya mulai diketahui tehnik pelayaran, kebun, sawah, serta skema kampung.
Serta ketika mereka bercampur serta sama-sama kawin-mawin, akan susah untuk dapat memperbedakan kemurnian darah. Pasti tidak dapat mencari mana yang murni datang dari Cina, India, Turki, serta Arab. Dengan begitu, kebanyakan orang di Pulau Jawa saat ini, entahlah bersuku Jawa, Sunda, Badui, Tengger, atau suku Jawa yang lain, seharusnya sadar jika pada tubuh, bisa saja ada kombinasi darah Cina, India, Siam, Arab, atau Turki.