News Breaking
Live
wb_sunny

Cerita Hantu Kos

Kromoleo, Hantu Pengiring Jenazah, Bikin Merinding!

Kromoleo, Hantu Pengiring Jenazah, Bikin Merinding!

Pernah dengar cerita hantu keranda atau Kromoleo? Ini kemungkinan tipe hantu yang saat memperlihatkan diri tidak pernah sendirian. Hantu yang populis.

Kromoleo juga dikenal jadi hantu yang berbentuk rombongan pengantar jenazah. Hantu ini benar-benar terkenal di desa-desa seperti di lokasi kaki Gunung Merapi. Banyak yang pernah merasakan atau lihat langsung penampakan keranda berjalan atau serta komplet bersama dengan beberapa pengiringnya.



Puji Sri Rahayu, salah satunya masyarakat kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang menceritakan jika dalam keyakinan di kampungnya, daerah yang dilalui hantu atau lelembut tipe ini akan alami sripah atau kematian pada salah satunya masyarakatnya.

"Saya alami saat naik sepeda motor akan ke Magelang. Dalam suatu jembatan saya lihat kerumunan orang. Cocok sampai disana nyatanya ada keranda dipikul serta diiring beberapa orang," kata Puji.

Apa yang disaksikan Puji ialah satu pemberi tanda sebab esok harinya diketemukan satu angkudes terjungkal di jembatan itu serta penumpangnya banyak yang meninggal.

Awalnya Puji dengar narasi mengenai Kromoleo ini dari pakdenya. Waktu itu di kampung ada berita memilukan. Salah satunya masyarakat wafat sebab kecelakaan jalan raya di Jakarta. Langsung dibawa pulang ke kampung halaman ke desa.

"Situasi di desa menjadi menakutkan. Baru sore harinya jenazah itu datang di dalam rumah duka. Untuk sesaat diinapkan serta baru esok harinya disemayamkan," kata Puji yang pernah jadi anggota DPRD Kabupaten Kebumen.

Selesai pemakaman, desa makin sepi. Waktu itu ada seorang pakdenya Puji baru pulang dari rumah saudaranya. Dia harus melalui depan rumah masyarakat yang baru wafat itu.

"Pakde berjalan kaki sendirian. Tetapi sesudah melalui rumah duka, dia dengar suara orang di belakangnya serta banyaknya banyak sekali. Walau sebenarnya awalnya sepi. Pakde menyangka ini hantu," kata Puji.

Suaranya mendengung, tidak jelas apa yang di lafalkan. Pakdenya Puji lantas melihat ke belakang. Nyatanya suara itu datang dari beberapa orang sedang menggotong keranda mayat.

"Kata pakde, dia langsung tidak dapat bergerak. Kami mengatakan kami tenggengen. Pakde pada akhirnya berjongkok serta rombongan itu melalui pakde. Suaranya seram. Moleo...moleo...moleo....kromoleo. Moleo...moleo...moleo kromoleo," kata Puji lewat sambungan telephone.

Waktu ucapkan 'Moleo...moleo...moleo kromoleo' suara Puji beralih ritmis seperti sedang membaca mantera. Walau cuma bercerita pengalaman pakdenya, perkataan seperti mantera yang ritmis statis itu terdengar benar-benar seram.

Menurut Puji, pakdenya sempat melihat keranda mayat yang digotong tanpa ada kain penutup. Di dalamnya kelihatan mayat dibungkus kain putih kumal. Berbau bangkai menusuk dari figur putih itu.

"Pengiringnya atau rombongan pengantar jenazah itu berjubah hitam dengan muka pucat serta lihat mata kosong. Kemungkinan seperti zombie di flim-film itu. Pakde tidak menerangkan detil," kata Puji.

Pakde selanjutnya berupaya melanjutkan perjalanan pulang dengan dikuasi raa takut. Ditambah lagi buat masyarakat ditempat, mereka memiliki kepercayaan jika lihat hantu pengiring jenazah, harus turut mengantarkan sampai ke ujung atau tepian desa, faktanya supaya tidak ada masyarakat yang wafat di desa mereka sendiri.

"Pakde berjalan ikuti rombongan jenazah itu sampai batas desa, walau sebenarnya tempat tinggalnya telah lewatkan jauh," kata Puji.

Setelah tiba di batas desa, persisnya di pertigaan jalan, rombongan hantu pengiring jenazah itu terus berjalan ke arah desa tetangga. Waktu itu pakde membelokkan arahnya ke satu warung yang ada di sudut pertigaan jalan itu. Warung itu telah tutup.

"Pakde membangunkan pemilik warung serta bercerita apa yang barusan dirasakannya," kata Puji.

Esok harinya, ada masyarakat wafat di desa tetangga tujuan rombongan hantu pengiring jenazah itu.
loading...
//t+1);for(let r=0;r

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Post a Comment