Cerita Warung Ghaib di Kilometer 15 Jalan Alas Roban

Sejumlah jalanan di Indonesia memang masih dikelilingi hutan. Serta sekalinya jalan raya itu ialah jalan penting penghubung satu kota dengan kota lain.

Sebutlah saja selama jalan pantura yang populer dengan keangkerannya. Lantas, jalan rimba Blora yang belakangan ini kembali ramai jadi pembicaraan di sosial media sebab tidak kalah angker.

Sekarang, yang kembali ramai dibicarakan ialah jalan Alas Roban. Jalan ini tidak asing buat beberapa pengendara lintas pulau Jawa.


Alas Roban sendiri dahulunya ialah lokasi hutan Jati yang diketahui jadi tempat pembuangan mayat korban penembakan misterius (Petrus), tahun 1980-an.

Dari background itu, karena itu tidak bingung bila jalan Alas Roban ini cukup mengetes nyali siapa saja yang melewatinya. Aapalagi ditambah lagi narasi mengenai tindak kejahatan yang sering berlangsung di Alas Roban.

Disamping itu jalan yang berliku di jalan Alas Roban meningkatkan kesan-kesan melawan buat siapa saja yang lewat. Berita kecelakaan ironis di jalan Alas Roban, Tangkai, Jawa Tengah itu juga sering terdengar. Beberapa mengkaitkan kecelakaan yang berlangsung dengan beberapa hal gaib yang berada di jalan itu.

Pemilik account Twitter @bukanhazard, bagikan pengalaman mistis jalan Alas Roban. Cerita yang ia bagi itu dirasakan seputar tahun 2001-2005 oleh satu keluarga yang tinggal di Secang.

Saat itu, satu keluarga ini merencanakan akan mudik ke Jakarta lewat jalan Alas Roban. Mereka pergi sore, agar perjalanan lebih enjoy serta tidak berjumpa dengan jalan raya yang ramai.

Mereka pergi seputar jam 16.00 WIB. Keluarga itu tidak rasakan firasat apa saja waktu mengawali perjalanan. Seputar jam 21.30 WIB, mereka mulai masuk ruang Alas Roban.

Jalanan berkelok mulai rasanya. Begitu halnya situasi menakutkan yang ikut berasa, Si Bapak yang mengatur pergerakan mobil juga kurangi kecepatan mobil sebab keadaan jalan yang makin gelap, berliku, serta penuh tanjakan.

Bagian kanan serta kiri jalan ialah jurang. Sebetulnya, rasa ganjil mulai hinggap semenjak pertama masuk ke jalan ini. Mereka merasakan tidak berpapasan dengan kendaraan lain, berarti cuma ada mobil mereka yang sedang lewat di jalan itu. Walau sebenarnya jalan itu ialah rute yang harusnya ramai kendaraan ke arah Kota Tegal.

Tetapi mendadak ditengah-tengah perjalanan, mobil yang mereka tumpangi menabrak suatu hal. Si Bapak serta kakak turun untuk lihat keadaan, tidak lupa bawa senter. Sedang si Ibu serta ke-2 adik masih di mobil.

Anehnya, tidak ada apa saja yang ditabrak. Sisa berbentuk lecet atau lumpur yang melekat juga tidak kelihatan di selama body mobil. Kontrol keadaan mobil itu juga dikerjakan berkali-kali. Tetapi hasilnya masih sama.

Bingung tentu, tetapi perjalanan lalu diteruskan. Seputar larut malam, hujan mulai turun. Walau rintik-rintik tetapi cukup mengganggu pandangan pengendara. Karena itu, si Bapak terus membunyikan klakson tiap akan masuk kelokan tajam.

Tidak lama, dari terlalu jauh kelihatan ada sinar neon. Merasakan bersyukut, sebab menganggap telah lihat pemukiman. Tetapi rupanya itu cuma satu warung makan pecele lele kecil yang ada di pojok kelokan dibawah pohon.

Keluarga itu putuskan berkunjung sesaat. Di pasak pemberi tanda jalan yang tidak menyengaja menyandung kaki si Kakak, tercantum info Km. 15.

"Kok jam segini masih membuka, pak? Bapak jualannya sendirian?" si kakak iseng menanyakan waktu pesan minuman dan makanan panas.

"Iya mas, ini mau tutup kok, eh masnya dateng, saya jualan sama istri saya. itu istri saya, mas," jawab si pedagang.

Kehadiran istri yang ditunjuk itu mengejutkan si bapak serta kakak. Masalahnya si istri itu berdiri di pintu, sedang waktu mereka masuk tidak ada yang mengerti kehadiran si istri. Tetapi hal tersebut tidak begitu dipikir.

Sesudah kenyang melahap makanan yang rasa-rasanya pas di lidah mereka, keluarga itu meneruskan perjalanan . Tetapi waktu masuk mobil, untuk ke-2 kalinya si kakak terjegal pasak pemberi tanda Km. 15.

Keadaan ruang Alas Roban masih hujan rintik-rintik tetapi tidak menghambat mereka meneruskan perjalanan. Kesempatan ini lancar, sebab tidak lama mereka keluar dari jalan Alas Roban serta ke arah Tegal.

Tetapi perjalanan yang 'lancar' itu terjawab waktu keluarga itu kembali pada rumah mereka lewat jalan yang sama. Kesempatan ini, mereka pilih pergi dari Jakarta pagi hari.

Siang hari seputar jam 13.00 WIB mobil keluarga itu masuk jalan Alas Roban. Rasa lezat warung pecel lele itu belum terlewatkan, sampai mereka ingin berkunjung kembali. Tetapi sayangya warung itu membuka sore mendekati malam.

Si adik juga ingin buang air kecil. Sebab jalan itu ialah rimba, karena itu si bapak menyampingkan mobil serta memerintah adik buang air kecil minim mobil.

Sambil menanti adik mengakhiri hajatnya, nikmati panorama Alas Roban ialah pilihan. Tidak menyengaja, kakak lihat pasak pemberi tanda km. 15. Iya, pasak itu ialah pasak yang sama yang waktu perjalanan ke arah Jakarta membautnya terjegal.

Pastinya terkejut. Urutan pasak itu rupanya persis di pinggir jurang. Mereka masih ingat urutan warung pecel lele yang mereka kunjungi itu ada kira-kira tiga mtr. di belakang pasak.

Merasakan aneh, kakak menyebut ibu serta bapak, lantas memperlihatkan pasak serta tempat warung. Sesudah dilihat, kelokan tempat mereka berhenti siang itu ialah tempat yang sama juga dengan malam mereka makan ayam goreng di warung pecel lele.

Begitu halnya pohon besar di pinggir dalan, serta pasti pasak tertulis km. 15. Satu mtr. di belakang pasak itu ialah jurang yang benar-benar dalam.

Hal tersebut membuat mereka sadar jika waktu malam itu, mereka makan di tepi jalan pas melayang-layang di atas jurang. Tidak ada hal yang dapat menerangkan apa yang keluarga itu alami, tidak hanya pertimbangan mereka jika warung pecel lele itu ialah warung gaib